Friday, November 4, 2011

Tulisan 12(Bahasa Indonesia 1)

Posted by Tiaa at 3:40 AM
Corazon Aquino


Maria Corazon Sumulong Cojuangco Aquino adalah Presiden wanita pertama di Filipina sekaligus pertama di Asia. Lahir dalam keluarga China-mestizo (indo) yang kaya pada 25 Januari 1986 di PaniquiTarlacFilipina. Wanita  ini didiagnosa mengidap penyakit kanker kolon  sejak Maret 2008 dan akhirnya Corazon pun wafatl di Makati1 Agustus 2009 pada umur 76 tahun. Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo kemudian mengumumkan masa berkabung nasional selama 10 hari. 
Corazon yang menempuh studi Sastra Prancis di Amerika dan kemudian mendalamin studi hukum di negerinya sendiri berhasil menjadi orang nomor satu di negeri “Tagalog” selama 6 tahun 4 bulan.
Berbicara perjuangan politik Corazon tidak bisa dilepas dari pembunuhan yang dialami oleh suaminya, Benigno Servillano Aquino. Beniqno Aquiono merupakan politisi sekaligus senator pro-demokratik yang berani dengan tegas mengecam kediktatoran pemerintah Ferdinand Marcos.  Selama sekitar 21 tahun, Marcos memerintah secara diktator, menangkap dan menenjarakan para aktivitis,  ditambah dengan korupsi yang dilakukan keluarga dan kroni-kroninya. Hal yang paling mencolok dari Marcos adalah ia bertekut lutut pada semua kemauan istrinya Imelda Marcos yang menjadi biang kerok korupsi pemerintahan Marcos.
Perlawanan sang Senator berbuah ia ditangkap lalu dimasukkan bui pada September 1972. Selama kurang lebih 7 tahun berada dibalik jeruji besi di Filpina, akhirnya ia diperbolehkan berada di pengasingan (Boston-Amerika) sekaligus untuk mengobati penyakitnya di Boston-Amerika. Setelah sekitar 3 tahun di pengasingan, pada 21 Agustus 1983, Senator Benigno Aquiono kembali untuk pertama kali di Manila, Filpina. Baru turun dari pesawat di Bandara Internasional Manila,  Beniqno Aquiono ditembak oleh oknum. Meskipun dari hasil investigasi menunjukkan Imelda Marcos (istri presiden incumbent) terlibat dalam konspirasi ini dengan melibatkan partai komunis di Filipina, Marcos tetap menepis tuduhan itu.
Pembunuhan terhadap Senator Benigno Aquino menjadi isyarat awal akan terjadinya gerakan massa. Dua juta orang mengantar jenazah ke pemakaman. Setelah itu, antara 1983-1986, Manila dilanda demonstrasi besar-besaran menentang kediktatoran Marcos. Inilah masa-masa paling berbahaya, karena banyak lawan politik hilang begitu saja. Saat itulah Corazon Aquino muncul sebagai tokoh oposisi. Dengan melakukan berbagai gerakan politik untuk menuntut sekaligus mengecam penculikan, penghilangan nyawa para polikus oposisi pemerintah Marcos, kehadiran Corazon sekaligus mewakili “roh” hidup mendiang suaminya, Benigno Aquiono.
Ketika situasi bertambah buruk, Marcos pada bulan November 1985 mengumumkan pemilu presiden ditunda selama 2 bulan lebih dan  baru akan dilaksanakan Februari 1986. Marcos yakin bahwa tak ada orang yang mampu mengalahkan dirinya: ia punya uang, punya senjata, dan pastinya licik. Sebelumnya Corazon Aquino mengatakan hanya mau menjadi kandidat presiden bila dua syaratnya terpenuhi: pertama ditundanya pemilihan umum dan kedua bila mendapat dukungan satu juta tanda tangan. Kedua syarat itu terpenuhi. Corazon Aquino pun lantas menghadap Jaime Kardinal Sin, minta restu. ”Baiklah, berlututlah. Aku akan memberkatimu. Kamu akan menjadi presiden. Kamu adalah Jean d’Arc…. Dan kamu akan menang. Kita akan melihat tangan Tuhan, mukjizat. Tuhan memberkatimu,” kata Kardinal Sin.
Pemilu Presiden ke-11 Filipina akhirnya dilaksanakan pada 7 Februari 1986. Selain intimidasi dan kecurangan hasil pemilu, terjadi pulah kecurangan masif yakni penghilangan hak pilih sebagian warganya yang memiliki kecenderungan pro pada Corazon. Dan pada hari-H,  Gubernur Evelio Javier yang menjadi sekutu utama Corazon dibunuh.  Kematian Evelio Javier menambah daftar panjang kematian para tokoh oposisi. Dari hasil perhitungan National Movement for Free Elections diperoleh Corazon memimpin perolehan suara. Namun, hal-hal ini dapat diantisipasi oleh Marcos dengan mengantikan 30 anggota KPU selama proses perhitungan suara dengan orang suruhannya. Manipulasi hasil perhitungan terjadi, dan KPU-Filipina berusaha menampilkan kemenangan Marcos.
Tanggal 15 Februari 1986, KPU Filipina mengumumkan kemenangan bagi Ferdinand Marcos. Hasil ini tentu saja tidak dapat diterima oleh kubu Corazon yang menyatakan bahwa semestinya mereka yang memenangi pemilu. Pada saat yang sama Corazon menyerukan agar masyrakat memboikot gurita bisnis Marcos. Hal serupa disampaikan Konferensi Uskup Katolik Filipina yang menyatakan bahwa telah terjadi kecurangan dalam pemilu tersebut.
Ketika situasi makin memburuk, sebelum tanggal 22 Februari 1986, Wakil Staf AB Jenderal Fidel Ramos dan Menteri Pertahan Juan Ponce Enrille membelot dan menyatakan bahwa Marcos telah berbuat curang. Mereka meminta Presidennya untuk mengundurkan diri. Mereka juga mengatakan, pemenang pemilu sesungguhnya adalah Corazon Aquino.
Pada saat itulah Jaime Kardinal Sin lewat radio Veritas meminta umatnya untuk melindungi kedua petinggi militer itu yang hendak diciduk tentara Marcos pimpinan Kepala Staf AB Jenderal Fabian Ver. Pada 22 Februari 1986, jutaan orang turun ke Epifano de Dos Santos Avenue (EDSA). Inilah yang kemudian disebut sebagai “People Power Revolution ” yang mengakhiri kediktatoran Marcos.
Peristiwa People Power Revolution ini juga dikenal dengan nama Revolusi EDSA. EDSA adalah singkatan dari Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro Manila yang merupakan tempat aksi demonstrasi berlangsung. Hal yang menarik adalah meskipun gerakan People Power disebut sebagai revolusi besar di Filipina, namun berlangsung damai. Demonstrasi massal dengan jutaan orang ini berlangsung selama empat hari di Metro Manila dengan tujuan untuk mengakhiri rezim otoriter Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai presiden.
Untuk menjadi presiden Filipina, Corazon harus melewati perjalanan panjang dan pahit. Ia harus mengalami kehilangan suami tercinta, orang-orang terdekat yang mendukung perjuangannya  dan dibawah tekanan pemerintah yang otoriter. Kisah perjuangan Corazon Aquiono sebelum menjadi presiden, memiliki sedikit banyak kemiripan dengan mantan presiden Indonesia, Megawati Soekarno Putri.

0 comments:

Post a Comment

 

This is my blog Template by Tia Mutiara Blogger Template | Gift Idea